Tulisan ini dibuat
disela-sela mengerjakan tugas Metode Penelitian Sosial (MPS) yang membuat
kepala cenat cenut.
Saat ini waktu
menunjukkan pukul 0.58 dini hari. Saya masih anteng di depan laptop untuk
mengerjakan tugas setelah mendapat sedikit pencerahan dari senior tadi. Selang
beberapa menit saya mulai bosan mengerjakan tugas ini. saya memilih untuk sedikit menulis tentang
apa yang saya lihat di parjalanan pulang dari kampus, beberapa jam yang lalu.
Saya tiba di Stasiun
Palmerah sekitar pukul 21.30. Saya melihat beberapa orang berbaju hitam di
pelataran Stasiun Palmerah. Mereka ternyata sekelompok anak-anak yang sedang
berlatih silat. Lima perempuan berumur sekita 12-15 tahun, dan 2 laki-laki yang
jauh lebih tua. Dua lelaki itu adalah guru silat mereka. Salah seorangnya
seusia saya, dan yang satunya mungkin sekitar 28 tahun.
Satu per satu dari
mereka maju dan memperlihatkan hafalan jurusnya. Mereka berlatih dengan santai,
tanpa ketegangan. Mereka telihat gembira dengancanda tawa dan senyum di
wajahnya.
Saya berlalu menuju
mikrolet M11 jurusan Meruya-Tanah Abang yang biasa ngetem di pasar Palmerah.
Mikrolet ini hanya berisi 7 orang termasuk supir. Cukup leluasa untuk menikmati
malam sepanjang perjalanan.
Di pertiigaan Rawa Belong terlihat segerombol muda-mudi tepat di depan toko yang menjual
pernak-pernik Persija, klub bola kebangaan Jakarta.
Saya bertanya-tanya,
"memangnya ada pertandingan bola hari ini? Persija menang kah? "
Semakin jauh
mikrolet ini berjalan, semakin jauh pula kepedulian saya dengan hal itu.
Saya turun di gapura
berwarna merah putih dengan tulisan angka kemerdekaaan, di dekat pohon kamboja
yang bunganya berguguran itu. Jalan itu biasanya sepi, terlebih semenjak ojek
konvensional tidak mangkal lagi. Malam ini berbeda, jalan ini ramai.
Saya melihat
gerombolah muda-mudi lagi. Mereka lebih gila dari yang saya lihat di pertigaan Rawa Belong tadi. Mereka bergerombol dengan pasanganya masing-masing. Mungkin
mereka mau pergi jalan-jalan, mengingat besok adalah hari libur untuk anak
sekolahan.
Saya melihat empat
orang dari mereka berboncengan dalam satu motor. Dengan urutan duduk
selang-seling antara laki-laki dan perempuan.
"Ah ini
sinting", ucap saya
Saya melewati mereka
dengan senyum kecut, dengan nyinyir di dalam hati "gila, ini
apa-apaan!".
Semakin jauh saya
berjalan, semakin jauh pikiran itu saya lupakan.
Jalanan sepanjang
200 meter menuju rumah malam ini ramai, tidak seperti biasanya. Mungkin malam
ini banyak orang yang sedang bersuka cita dengan pilihan-pilihan hidupnya.
Menjadi pesilat, menjadi anak tongkrongan atau menjalani kisah cinta. Mungkin
itu.
Sekian
sumber gambar: Google.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar