Hari Sabtu ini
jadwal kuliah saya padat, rutinitas yang menjenuhkan dan membuat uring-uringan.
Sembari menunggu kelas Sistem Perwakilan Politik saya menyampaikan keluh-kesah
kepada dua teman saya yaitu, Sandy dan Maul.
"lo tau gak
sih, musala cewek joroknya minta ampun. Mukena sampe bau busuk gitu! Buat orang
yang imannya tipis kayak gue salat di tempat bersih aja godaannya masih banyak,
apalagi di tempat yg kayak begitu!", dengan nada berapi-api saya menyampaikan
itu.
Kedua teman saya ini
termasuk laki-laki yang rajin beribadah, beda lah pokoknya dengan saya. Mereka
salat untuk menjalankan kewajibannya sebagai umat muslim. Sedangkan saya
beribadah atas dasar rasa syukur kepada yang memberi hidup dan kehidupan. Kalo
kualitas ibadah saya jelek berarti saya sedang jauh dengan Tuhan dan saya tidak
mensyukuri hidup, ibaratnya sesederhana itu.
Saya ini bukan orang
yang paham tentang agama, tapi saya ingat guru agama saya pernah berkata bahwa
"kebersihan adalah sebagian dari iman".
Saya jadi heran!
"Kampus yang
mayoritas beragama islam kok tempat ibadahnya kotor? "
"Jadi, sedang
pergi kemana iman mereka sekarang?"
Diskusi di
lingkungan kampus tentang islam belakangan ini pun tidak jauh tentang Ahok yang
katanya kafir, atau ahok yang menistakan surat Al Maidah:51. Diskusi yang saya
rasa merupakan diskusi tingkat tinggi, karena melibatkan sebuah penghakiman
yang jelas-jelas hakim seadil-adilnya hanya Tuhan.
Padahal saya
menantikan sebuah obrolan ringan tentang bagaimana menjaga kesucian rumah Tuhan
tanpa bergantung dengan marbot dan petugas kebersihan. Tapi mungkin obrolan ini
terlalu remeh dan receh. Lagi pula sepertinya obrolan seperti itu tidak menarik
dan membosankan.
Ah Saya terlalu
malas berbicara tentang perseturuan Ahok dan keyakinan umat Islam. Saat ini
saya hanya ingin mengumpulkan semua mukena itu,
memasukkanya ke dalam kantung plastik yang besar, lalu membawanya ke
tukang laundry. Itu saja!
Sekian.
sumber gambar: google.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar