Kamis, 13 Oktober 2016

Gugur Kamboja


Aku memasuki sebuah jalan setelah melewati gapura berwarna merah putih dengan tulisa angka usia kemerdekaan. Jalan itu sepi dengan lampu remang. Sesekali motor lewat memecah sunyi. Berdiri di sepanjang jalan pepohonan berbunga. Bunga kertas, bunga sepatu, dan sebagian lainnya aku tidak tahu apa namanya.

Sebuah pohon masih menggugurkan bunganya seperti jati dimusim kemarau. Berwarna kuning dan putih di tepian kelopaknya, orang-orang menyebutnya kamboja.

Aku memungutnya. Aku mencium wanginya. "inikah bau mistis?", tanyaku
Seseorang berkata  bau bunga kamboja seperti bau kuburan.
"Oh mungkin karena dia berteman dekat dengan melati, kantil dan kemenyan", pikirku

Aku memungut 2 bunga kamboja yang berguguran dibawah dahannya sendiri. Aku mengirup aromanya sepanjang jalan dan kubawa pulang.

Aku memasang bunga itu di selipan telinga. Aku berdiri di depan cermin. Nampak wajahku, kubayangkan seperti perempuan bali dengan rambut kepang dan setumpuk buah-buahan diatas kepalanya.

"Ini tidak terlalu buruk"

Aku letakkan kedua bunga itu diatas meja kamarku, lalu kutinggal tidur.
Dua hari berlalu.
Aku lupa.
Aku punya bunga.

Di atas meja itu kini terlihat kelopak yang kisut. Kuning yang menjadi kecoklatan. Bungaku layu. Tidak ada aroma mistis lagi. Bungaku kini semakin menua. Esok dia semakin coklat. Dan esok lagi dia lebih coklat dan kering atau justru berbau busuk.

Besok aku memungut bunga lagi. Semuanya selalu berulang kembali.
Sekian

*Salam suka-citaku untukmu yang pergi menuju keabadian. 

sumber gambar: google.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar