Pertama-tama saya
mau mengucapkan terima kash kepada Mas Aulia Rahman atas istilah
"mahasiswa kebelet demo" saya suka sekali dengan istilah ini,
kata-kata yang menggelitik namun rasanya seperti menampar. Tulisan ini dibuat
karena kegabutan saya di pukul 2.35 dini hari. Ini sebenernya tulisan iseng,
terserah mau dianggap serius atau sedikit serius tapi yang jelas tulisan ini
ditunjukkan untuk kalian si agen perubahan. Tulisan ini didasari atas opini
saya pribadi, tidak ada data kulitatif maupun kuantitatif maklum saya masih
mahasiswa tingkat 1 yang ilmunya pun masih cetek. Jadi disini saya tidak
bermaksud menggurui saya hanya ingin menyampaikan opini saya, hanya itu saja.
"Kok mereka mau
ngorbanin waktu kuliah cuma buat aksi gak jelas begitu, mending belajar yang
bener terus lulus IPK bagus dan ngebangun Indonesia" kata si mahasiswa
apatis.
"Ngapain jadi
mahasiswa kupu-kupu (kuliah-pulang) kita ini agen perubahan, Indonesia bisa
lebih baik dengan aksi kita dengan suara kita" kata si mahasiswa kebelet
demo.
Dua kubu ini saya
rasa ada di setiap kampus di Indonesia.
Jangan tanyakan kepada saya mana kubu yang salah mana kubu yang benar, sebab
saya ndak mau jawab. Perkara menilai baik-buruk benar-salah itu kan ranah Tuhan
masa saya yang umatnya sok-sokan paling tau mana yang benar mana yang salah
mana yang baik mana yang buruk ah tidak pantas sekali rasanya.
Sejarah Indonesia
dan mahasiswa tentu tidak dapat dipisahkan, sudah jelas bahwa perubahan memang
bersumber dari isi si gedung-gedung keilmuan itu. Jika mendengar cerita betapa
gagah dan tangguhnya mahasiswa dalam perjuangan dulu wah tentu saja saya terkagum-kagum,
pasti ada kebanggaan tersendiri menjadi bagian dari perjuangan sebuah bangsa.
Tidak salah memang jika mahasiswa dijuluki agen perubahan, sebab saat semua
rakyat ingin adanya perubahan mereka "nitip" ke mahasiswa, saat
mahasiswa sudah bergerak terlebih dahulu maka baru seluruh rakyat ikut
bergerak. Oke juga lah ya dalam konsep pemanfaatan nyali dan semangat anak muda
yang masih menggebu-gebu.
Kembali ke masalah
Mahasiswa Apatis VS Mahasiswa Kebelet Demo. Sebenarnya tidak ada yang salah
dari kedua kubu itu, harusnya tidak ada yang saling singgung antara mereka.
Tapi kenyataannya masih ada saja yang mempermasalahkan hal itu baik di
lingkungan kampus maupun di sosial media. Berdasarkan ilmu sok tau saya, mereka
si golongan apatis memilih fokus di studinya karena mereka beranggapan bahwa
lewat suara dan pergerakan mahasiswa saja tidak akan mampu membawa perubahan
yang berarti bagi Indonesia. Dan mereka si golongan kebelet demo beranggapan
bahwa mahasiswa harus bersuara mahasiswa harus demo menyampaikan aspirasi dari
seluruh rakyat, dan saya yakin sedikit atau banyak golongan ini pasti
terinspirasi dari senior-seniornya yang telah sukses dalam urusan demo-mendemo.
Tapi harus kita
ingat ini abad 21, tidak ada lagi penjajahan yang secara gamblang ditunjukkan
terang-terangan. Uang berperan sangat kuat di negara yang hampir melarat.
Mahasiswa harusnya bersatu jangan fokus di kelompok-kelompoknya, fokuslah di
masalahnya. Si Apatis menjadi pengkaji, si kebelet demo menjadi pengorasi,
beres kan?
Kawan-kawanku
negeri ini sekarat
Ibu pertiwi hanya
bisa merintih dan berdoa.
Disaat gunung,
sawah, dan lautan tak lagi menyimpan kekayaan.
Kesakitannya semakin
perih
Ketika bayi tak
mampu minum susu padahal negeri ini punya kolam susu
Ketika tetangga
bilang kita punya tanah surga sebab tongkat kayu dan batu bisa jadi tanaman
namun masih saja ada yang berhutang untuk mencari sesuap makan
Sejujurnya saya
tidak ingin membahas si apatis maupun si kebelet demo, tidak penting buat saya.
Lebih dari itu mahasiswa harusnya mampu bersatu, tinggalkanlah nama-nama
kelompok kalian itu. Tak peduli asalmu dari HMI, LMND, GMNI, PMII, dll. Tak
peduli kampusmu dari UI, UNPAD, IISIP, TRISAKTI dll. Tinggalkanlah almamatermu,
tingglkanlah organisasimu. Ini waktumu berjuang, cukup gunakan almamater
perjuanganmu yang terbuat dari semangat rakyat dan satu-satunya asalmu adalah
dari nurani rakyat.
Mengapa demo
mahasiswa belakangan ini dirasa sudah tidak ada pengaruhnya lagi? Saya hanya
bisa menjawab sebab mahasiswa lupa
bersatu. Demo mahasiswa tetap ada namun hanya mengatasnamakan kampus tertentu
atau organisasi tertentu. Perubahan tidak akan terjadi apabila kalian berjalan
sendiri-sendiri, perubahan juga tidak akan terjadi jika kalian hanya
mengandalkan beberapa orang di barisan depan. Tapi berjalanlah seiringan,
kuatkan ikatan dan rangkulah semua golongan.
Sebenarnya saya
punya usul tapi mungkin agak mengada-ada sih. Saya membayangkan jika mahasiswa
mampu membuat gerakan serentak secara nasional. Misalnya saat indonesia dilanda
kebakaran hutan, bisa saja setelah itu mahasiswa membuat gerakan "Indonesia
menanam", atau gerakan "mahasiswa megajar", atau sekedar kerja
bakti mahasiswa masal juga bisa. Ah pokoknya apa saja lah kegiatannya, yang
penting digerakkan secara serentak. Sebab yg saya lihat mahasiswa hanya jago
bersuara namun minim sekali aksi nyata.
Menurut saya harus
ada sedikit konsep yang diperbaiki dari "agen perubahan" tersebut,
kalau dulu mahasiswa hanya berorasi menuntut ini menuntut itu kepada
pemerintah, sekarang coba buat konsep bagaimana mahasiswa bisa turun langsung
ke masyarakat. Jadi fokus masalah yang ingin diatasi bukan bergantung pada
pemerintah saja namun ada aksi nyata yang dirasakan secara langsung bagi
masyarakat. Belajar menjadi mahasiwa mandiri atau belajar menjadi rakyat
mandiri tanpa harus bergantung pada sebuah instansi. Pemerintahan di negeri ini
sudah terlanjur bobrok percuma juga menggantungkan nasip kepada para perampok.
Walaupun tidak ada bedil yang mengancam namun perjuangan ini saya akui memang
berat. Tapi inilah yang namanya perjuangan, makin nikmat saat keringat dan
matahari semakin menyengat.
Saya ini banyak
omong sekali. Tapi sumpah hutang saya kepada negeri ini belum pernah saya bayar
sepeserpun. Kalau saya hanya numpang hidup di sini sia-sia sekali hidup saya.
Alam Indonesia budaya Indonesia adalah surga dunia buat saya. Mungkin saya agak
lebay sih, ah tapi sungguh saya cinta sekali dengan negeri ini. Saya berharap
bisa mati di tanah air ini, dan kalaupun nanti ada kehidupan yang lain saya
ingin minta dilahirkan di sini.
Sekian tulisan dari
saya, kalau tulisannya tidak enak dibaca saya mohon maaf sebab saya memang
bukan penulis saya cuma lagi belajar nulis.
Ntaaap ka manda!
BalasHapus