Merujuk pada alam
mitologis dan historis, boleh jadi anggapan orang Indonesia "orang baik
selalu mati lebih awal" itu benar. Bukan karena hubungan sebab
akibat,bukan karena orang itu baik maka cepat mati tapi lantaran orang yang
cepat mati tidak sempat dikenali sosok historisnya secara luas dan dalam.
Keburukan atau sosok historis orang orang yang mati muda tak sempat dikenali
orang. Begitulah tokoh-tokoh yang mati muda akhirnya aman tertidur dalam banyak
mitos. Tengok saja RA Kartni, Jendral Soedirman, atau tokoh intelektual aktivis
angkata 66 Soe Hok Gie. Tokoh-tokoh itu terasa bersih antara lain karena
"kurang historis". Selimut mitologisnya belum banyak tersingkap oleh
waktu.
Pendeknya, setiap
orang yang mengamankan diri dalam penjara mitologis memang cenderung mudah
dipuja-puji sebagai orang besar. Namun ketika ia menjadi semakin historis maka
semakin mengerdillah sosoknya.
Begitu halnya dengan
Soekarno. Mereka yang sezaman dengan Soekarno dengan mudah bisa mengenai
Soekarno dari dimensi historisnya. Bagi mereka Soekarno sebagai orang hebat
yang memiliki jasa besar bagi Indonesia ia juga adalah Bapak Otoriterianisme.
Bagi mereka Soekarno adalah sosok historis dengan puja dan celaannya. Dan Adnan
Buyung Nasution perlu dicatata karena melalui disertasi doktornya
mendokumentasikan dengan baik sosok historis Soekarno sebagai pemotong
Demokrasi Konstitusional dan Pendiri Otoritarianisme bermerek Demokrasi
terpimpin.
Namun di depan
anak-anak bangsa yang baru lahir atau melek politik setelah zaman Soeharto
lewat, Soekarno hanya bisa dikenali dari sosok mitologisnya. Inilah yang
kemudian bisa menjelaskan mengapa anak-anak muda yang mengaku pro demokrasi
secara ironis menggunakan kaos oblong bergambar Soekarno. Seolah-olah Soekarno
adalah bapak Demokrasi. Soekarno kembali membesar setelah ia dipanggil pulang
oleh Tuhan dan meninggalkan selimut mitos yang membungkusnya abadi.
Begitulah mitos bisa
sangat berbahaya bagi kesehatan masyarakat. Mitos boleh jadi diperlukan
misalnya untuk memanfaatkan kepahlawanan, mitologis sebagai energi pembangkit
semangat kebangsaan. Namun sejatinya masyarakat yang sehat adalah yang bisa
meminimalisir mitos sebagai instrumen rekayasa sosial.
Minggu
11 juli 1999
"Mencintai
Indonesia dengan Amal" Refleksi atas Fase Awal Demokrasi
Eep Saefullah Fatah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar