Minggu, 10 Januari 2016

Mitologisasi & Demitologisasi (bagian 1)


Nelson Mandela adalah legenda hidup bagi rakyat Afrika Selatan. Ia pejuang anti apartheid yang sangat gigih sejak usia muda. Perjuangan itu kemudian membawanya ke penjara selama 27 tahun. Nelson mendekam di penjara rezim apartheid dengan perlakuan yang tidak manusiawi.

Penjara selain mewariskan sejumlah penyakit, membuat Mandela mengalami mitologisasi. Mandela terkurung jauh dari realitas. Ia tak bisa berbuat apa apa. Namun namanya semkin hari semakin membesar. Ketiadaan persentuhan Mandela dengan alam nyata justru membuat sosoknya semakin melambung. Mandela pun kemudian dipahami banyak orang bukan sebagai sosok historis tapi mitologis.


Media massa terutama media massa internasional yang terus menyoroti pemenjaraannya sebagai kasus antidemokrasi dan penginjak-injakan hak asasi justru makin menyuburkan mitologis ini. Alhasil Mandela lebih dikenali sebagai seorang lelaki pahlawan yang melebihi manusia biasa. Jiwa raganya hanya dipenuhi oleh semangat perlawanan politik apartheid, tak pernah mengeluh dan tahan uji dalam segala hal.

Mandela mengalami mitologisasi di mata orang banyak tak terkecuali isterinya Winnie Mandela, isterinya yang senantiasa "menemani" Mandela dari luar tembok penjara, di alam nyata. Winnie memahami Mandela persis sama seperti pemahaman orang pada umumnya, tidak dalam sosok historisnya melainkan sosok mitologisnya sebagai  sang lelaki pahlawan besar yang kehebatannya melewati batas-batas manusia biasa.

Ketika Mandela akhirnya keluar dari penjara, bertemulah Mandela dengan Winnie dengan bahaya sebuah mitos. Tak begitu lama setelah Mandela menghirup udara bebas di rumahnya dan Winnie tak lagi bersusah payah untuk bertemu Mandela seperti 27 tahun sebelumnya, sosok Mandela justru mengalami demitologisasi. Mandela semakin historis seperti manusia biasa. Mandela ternyata laki-laki yang sensitif, cepat marah, kerap kali memberantakan meja makan secara "tak bertanggung jawab". Winnie yang terlanjur memahami Mandela dengan sosok mitologisnya sebagai pahlawan besar mengalami keterkejutan dan shock yang luar biasa. Baju-baju mitologis yang menyelimuti Mandela perlahan tapi pasti tertinggalkan. Makin hari yang ditemuinya di rumah hanyalah sosok laki-laki biasa bukan pahlawan besar yang sesekali dibesuknya dipenjara. Hal inilah yang membawanya ke perceraian. Pasangan yang dipuja-puja seluruh dunia justru bercerai setelah tak lama Mandela keluar dari penjara.
Mandela dan Winnie bertemu dengan bahaya sebuah mitos, yakni keterkejutan dan lunturnya ikatan emosional setelas sosol mitos makin lama makin menjadi historis.

Pelajaran berharga dari Mandela adalah bahwa betapa nikmat memang hidup di alam mitologis. Namun celakanya, alam mitologis adalah alam yang amat sementara. Ketika ia berganti menjadi alam historis, maka kenikmatan itu ternyata hanyalah semacam gejala mabuk. Di situ tidak ada rasionalitas yang ada hanya emosi.
(lanjut )

Minggu 11 juli 1999
"Mencintai Indonesia dengan Amal" Refleksi atas Fase Awal Demokrasi
Eep Saefullah Fatah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar