"piye kabare?
Penak jamanku toh?"
Meme seperti ini
belakangan ini banyak muncul di social media. Dan hal ini membuat saya
bertanya-tanya "apa iya seenak itu hidup di zamannya Suharto?". Saya
yang lahir tahun 1997 mungkin tidak pernah merasakan enaknya hidup di sama Orde
Baru, tapi kalau mendengan cerita dari nenek dan bude saya ya kelihatannya sih
memang enak. Tapi yang mereka singgung tidak jauh-jauh soal murahnya harga
kebutuhan pokok. Saya jadi kurang yakin apa iya seenak itu.
Ketika saya belajar
sejarah di sekolah dulu digambarkan jelas betapa terkekangnya rakyat di zaman
Orde Baru ini, dimana kebebasan rakyat sangat dibatasi dan praktik-praktik KKN
menghancurkan rezimnya sendiri. Lalu mengapa beberapa kalangan masih ada yang
menyatakan tentang kerinduannya hidup di zaman ini? Jika alasannya hanya karena
harga kebutuhan pokok murah, jelas orang-orang yang berfikir seperti ini
pemikirannya sempit dan masih primitif.
"Orba
dibesarkan oleh kebohongan (orde bohong)". Kekuasaan
orba dipraktikkan dengan "Hegemoni" bukan "Dominasi".
Hegemoni adalah membunuh namun seolah merangkul. Menampar, namun seolah
mengelus. Menginjak-injak namun seolah memijati. Pendeknya, hegemoni adalah
seyum drakula yang menyembunyikan taringnya. Malah penindas yang berbohong
menjadi penolong. Sementara dominasi adalah praktek yang "jujur". Ia
membunuh dengan menusuk langsung jantung. Menampar dengan terang-terangan.
Menginjak-injak dengan rasa sakit seketika. Dominasi adalah ketawanya drakula
yang mempertontonkan taringnya. Ia penindas jujur mengaku sebagai penindas.
Jika dominasi adalah otoritarianisme yang terang-terangan, maka hegemoni adalah
otoritarianisme yang berbaju demokrasi.
Orba memakai dua
instrumen utama dalam menjalankan kekuasaannya, yaitu politik pengamanan dan
politik logistik. "politik pengamanan" berbeda dengan "politik
keamanan". Politik keamanan menciptakan keamanan sedangkan politik pengamanan justru diciptakan dengan memproduksi rasa takut . Rasa takut rakyat
inilah yang dimanfaatkan penguasa. Sementara "politik Logistik"
adalah langkah-langkah pemenuhan ekonomi dasar rakyat. Rakyat yang takut dengan
urusan perut cenderung lebih nurut dan menjadi penyokong nafas panjang Orba
yang Orbo ini.
Lalu saat ini
muncullah pertanyaan, "apakah setelah runtuhnya Orde Baru maka Orde Bohong
akan menghilang? Jawabannya belum tentu, atau mungkin tidak.
Seberapa banyakkah
praktik-praktik politik yang didasari kebohongan? BANYAK!
Politik akal-akalan
justru makin berkembang, dan kita akan sulit untuk menemukan politik kejujuran.
Apalagi pembudayaan kebohongan telah
terinternalisasi sebagai perilaku umum sebagian pejabat dan masyarakat
telah memiliki "keakraban" dengan kebohongan. Kebohongan terlanjur
diakrabi bukan sebagai penyakit, namun sebagai rutinitas sehari-hari.
refrensi:
Fatah, Eep Saefullah. (2004). Mencintai Indonesia dengan Amal, Refleksi atas Fase Awal Demokrasi. Jakarta: Republika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar