Ini kisah Punan
Bocah kecil seorang
loper koran
Pagi buta bergegas
ke agen langganan
Mengepaki
sata-persatu tumpukan pemberitaan
Susu coklat menjadi
impian sarapan
Namun apa daya teh
tawar hangat sudah syukur adanya
Spotong gorengan
tempe menemani
Lumayan untuk
ganjal-ganjal di waktu pagi
Ketika semua siap,
dengan sigapnya ia siap berangkat
Dengan sepeda butut
milik Pak mahmud yang dibelinya kredit
Semangatnya
bergelora meski harus menerobos jalanan sempit
"Koran-koran"
begitu teriaknya
Sambil melempari
satu-persatu koran milik pelanggannya
Dikayuh terus sepeda
butut milik Pak Mahmud
Ia tak kenal lelah
Tak sedikitpun ia
mengeluh
Sebab tekadnya memang tak mudah runtuh
Selesai tugasnya ia
bergegas pulang
Buru-buru mandi lalu
berganti seragam
"bu, Punan
berangkat" pamit Punan kepada ibunya yang sedang memberi makan ayam
"Hati-hati cah
bagus" jawab Ibu nya, Ibu Aisah namanya
Setelah salim, Punan
berangkat
Dikayuh sepeda milik
Pak Mahmud dengan semangat
Sepeda ini satu
satunya harapannya
Sebab sekolah 5 KM
jauhnya
Tak ada angkot
apalagi taksi
Semangat sendiri
satu-satunya akomodasi
Sebab tansportasi
memang tidak memadai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar