Kamis, 14 Januari 2016

Muatan #PrayForJakarta dan #KamiTidakTakut


Semenjak kasus bom Sarinah kemarin muncul beberapa hastag yang menjadi perdebatan. Disini saya tidak membahas kegunaan hastag tersebut. Saya tidak menyatakan penggunaan hastag itu benar atau salah. Tapi yang akan saya bahas adalah muatan dari hastag tersebut, yaitu  #PrayForJakarta dan #KamiTidakTakut.

#PrayForJakarta merupakan hastag yang pertama kali muncul, dan netizen pasti tau hastag #PrayFor merupakan hastag yang biasanya digunakan  jika terjadi bencana. Tapi untuk kali ini (khususnya untuk bom Sarinah) saya sejujurnya tidak terlalu suka untuk menggunakan kata "Pray For". Kenapa? Karena yang dihadapi berhubungan dengan terorisme,dan menurut saya yang dibutuhkan bukan hanya doa tapi juga perlawanan dari masyarakat.

Saya disini memperhatikan diksi yang digunakan dan menghubungkannya dengan faktor optimisme yang berkembang di masyarakat. Jika yang digunakan adalah #PrayFor maka kondisi yang tercipta adalah nuansa berkabung dan justru memicu meningkatnya keresahan di masyarakat. Dan hal itulah yang diinginkan teroris "menciptakan rasa takut", walupun sebenarnya rasa takut itu merupakan hal yang manusiawi terlebih lagi dalam kasus teror seperti ini. Tapi yang harus diingat adalah terorisme bukan hal yang patut untuk ditakutkan. Menyadari ada suatu bencana (terorisme) harusnya yang muncul adalah jiwa perlawanan bukan meratapi keadaan.

Lalu beberapa saat kemudian muncul lagi hastag #KamiTidakTakut saya sangat suka dengan hastag ini, saya pikir orang yang memprakarsai #KamiTidakTakut merupakan orang yang memiliki tingkat keberanian yang tinggi. Dalam kasus teror bom kemarin muncul beberapa spekulasi, dari pengalihan isu freeport sampai Indonesia menjadi target dari ISIS, sebagai warga sipil biasa saya tidak tau apa yang sebenarnya terjadi di balik kejadian kemarin tapi yang jelas "Terorisme" itu harus dilawan!
"Dengan apa melawan terorisme?"
"Dengan keberanian!"

#kamiTidakTakut dapat mengindikasikan masyarakat Indonesia (khususnya Jakarta) tidak dibuat takut dengan teroris, tidak takut terhadap teror bom walaupun sebenarnya sih rasa takut itu pasti ada tapi rasa takut itu dikembangkan menjadi kewaspadaan dan perlawanan untuk menciptakan keadaan yang aman. #KamiTidakTakut justru membuat ikatan persatuan rakyat Indonesia semakin kuat karena didasari atas tujuan bersama yaitu melawan terorisme.

Optimisme yang dibangun dari kedua hastag tersebut jelas berbeda. #PrayForJakarta menggambarkan suasana kedukaan sedangakan #KamiTidakTakut menggambarkan keberanian untuk perlawanan. Respon positif seperti inilah yang harusnya dibangun dalam menghadapi setiap bencana. Karena bencana yang telah terjadi bukan hal yang mestiya diratapi tapi ditanggulangi.

Saya berharap dalam menghadapi setiap persoalan seluruh rakyat mampu bersatu, jangan bawa sentimen agama, suku, ras, dan budaya sebab pada dasarnya bangsa kita lahir dari sebuah perbedaan bukan persamaan. Dan khusus untuk kasus terorisme tidak ada satupun agama yang menghalalkan itu, ini masalah kemanusiaan bukan keyakinan. Sang maha pencipta tidak mungkin menghendaki ciptaannya saling membunuh dengan mengatasnamakan agamanya.


Ini merupakan opini dari saya pribadi, apabila ada pendapat lain silahkan berkomentar. Terima kasih.





Senin, 11 Januari 2016

Kisah Punan, sekolah patungan


Punan tinggal di pinggiran kota urbanisasi
Namun tak ada bisnis properti di kanan-kiri
Sepanjang jalan yang ada hanya sawah dan lumbung padi

Sekolah Punan sebelah kantor kepala desa
Sekolah punan SD Karya Bakti namanya

Beratab asbes sekolah Punan
Rupannya pun bolong-bolong penuh lubang
Bocor sudah menjadi langganan
Maklum sekolah ini dibangun dengan biaya rumbukkan

Sekolah Punan tidak pernah mendapat subsidi
Apalagi sponsor dari perusahaan properti
Warga Desa Mulya membangunnya sendiri
Bermodal pasir dan batu bata sumbangan Pak Mantri

Awalnya tak ada meja-kursi di sekolah ini
Murid duduk dibawah beralas tikar pemberian dari Bu Susi
Meja-kursi bukan tidak dibutuhkan
Bukan karena takut seperti sekolah kebarat-baratan
Hanya saja masalah uang yang selalu menjadi persoalan

Sekolah Punan berdiri diatas tanah milik Pak Gembong
Tengkulak kaya asal desa tetangga
Tanah ini sewaan
Bukan pemberian karena keiklasan

Meski reot dan tak memadai
Sekolah ini bukti kepedulian warga Desa Mulya terhadap pendidikan anak negeri
Meski dibangun dengan sederhana
Sekolah ini tetap menjadi harapan dan tumpuan cita-cita

Kisan Punan, sepeda Pak Mahmud


Ini kisah Punan
Bocah kecil seorang loper koran
Pagi buta bergegas ke agen langganan
Mengepaki sata-persatu tumpukan pemberitaan

Susu coklat menjadi impian sarapan
Namun apa daya teh tawar hangat sudah syukur adanya
Spotong gorengan tempe menemani
Lumayan untuk ganjal-ganjal di waktu pagi

Ketika semua siap, dengan sigapnya ia siap berangkat
Dengan sepeda butut milik Pak mahmud yang dibelinya kredit
Semangatnya bergelora meski harus menerobos jalanan sempit

"Koran-koran" begitu teriaknya
Sambil melempari satu-persatu koran milik pelanggannya

Dikayuh terus sepeda butut milik Pak Mahmud
Ia tak kenal lelah
Tak sedikitpun ia mengeluh
Sebab  tekadnya memang tak mudah runtuh

Selesai tugasnya ia bergegas pulang
Buru-buru mandi lalu berganti seragam
"bu, Punan berangkat" pamit Punan kepada ibunya yang sedang memberi makan ayam
"Hati-hati cah bagus" jawab Ibu nya, Ibu Aisah namanya
Setelah salim, Punan berangkat

Dikayuh sepeda milik Pak Mahmud dengan semangat
Sepeda ini satu satunya harapannya
Sebab sekolah 5 KM jauhnya
Tak ada angkot apalagi taksi
Semangat sendiri satu-satunya akomodasi
Sebab tansportasi memang tidak memadai


Tidak Butuh Judul

Ketika Indonesia makin tercekik

Pemuda harus berkata siap bangkit

Diam bukan pilihan

Sebab yang mestinya jadi panutan

Sudi makan uang haram hasil rampasan

Dengan teriakan revolusi mental yang menggelegar

Tak ada hasil didapat jika perjuangan hanya sejengkal

Potret rakyat kecil yang makin menciut

Tak semerta membuat kasus korupsi cepat diusut

Pemuda harus bersuara

Beraksi bak calon juara

Berani ambil andil dalam perubahan yang nyata

Bukan lewat postingan sosial media semata

Minggu, 10 Januari 2016

Hegemoni, Orde Bohong






"piye kabare? Penak jamanku toh?"
Meme seperti ini belakangan ini banyak muncul di social media. Dan hal ini membuat saya bertanya-tanya "apa iya seenak itu hidup di zamannya Suharto?". Saya yang lahir tahun 1997 mungkin tidak pernah merasakan enaknya hidup di sama Orde Baru, tapi kalau mendengan cerita dari nenek dan bude saya ya kelihatannya sih memang enak. Tapi yang mereka singgung tidak jauh-jauh soal murahnya harga kebutuhan pokok. Saya jadi kurang yakin apa iya seenak itu.

Ketika saya belajar sejarah di sekolah dulu digambarkan jelas betapa terkekangnya rakyat di zaman Orde Baru ini, dimana kebebasan rakyat sangat dibatasi dan praktik-praktik KKN menghancurkan rezimnya sendiri. Lalu mengapa beberapa kalangan masih ada yang menyatakan tentang kerinduannya hidup di zaman ini? Jika alasannya hanya karena harga kebutuhan pokok murah, jelas orang-orang yang berfikir seperti ini pemikirannya sempit dan masih primitif.

"Orba dibesarkan oleh kebohongan (orde bohong)". Kekuasaan orba dipraktikkan dengan "Hegemoni" bukan "Dominasi". Hegemoni adalah membunuh namun seolah merangkul. Menampar, namun seolah mengelus. Menginjak-injak namun seolah memijati. Pendeknya, hegemoni adalah seyum drakula yang menyembunyikan taringnya. Malah penindas yang berbohong menjadi penolong. Sementara dominasi adalah praktek yang "jujur". Ia membunuh dengan menusuk langsung jantung. Menampar dengan terang-terangan. Menginjak-injak dengan rasa sakit seketika. Dominasi adalah ketawanya drakula yang mempertontonkan taringnya. Ia penindas jujur mengaku sebagai penindas. Jika dominasi adalah otoritarianisme yang terang-terangan, maka hegemoni adalah otoritarianisme yang berbaju demokrasi.

Orba memakai dua instrumen utama dalam menjalankan kekuasaannya, yaitu politik pengamanan dan politik logistik. "politik pengamanan" berbeda dengan "politik keamanan". Politik keamanan menciptakan keamanan sedangkan politik pengamanan justru diciptakan dengan memproduksi rasa takut . Rasa takut rakyat inilah yang dimanfaatkan penguasa. Sementara "politik Logistik" adalah langkah-langkah pemenuhan ekonomi dasar rakyat. Rakyat yang takut dengan urusan perut cenderung lebih nurut dan menjadi penyokong nafas panjang Orba yang Orbo ini.

Lalu saat ini muncullah pertanyaan, "apakah setelah runtuhnya Orde Baru maka Orde Bohong akan menghilang? Jawabannya belum tentu, atau mungkin tidak.

Seberapa banyakkah praktik-praktik politik yang didasari kebohongan? BANYAK!
Politik akal-akalan justru makin berkembang, dan kita akan sulit untuk menemukan politik kejujuran. Apalagi pembudayaan kebohongan telah  terinternalisasi sebagai perilaku umum sebagian pejabat dan masyarakat telah memiliki "keakraban" dengan kebohongan. Kebohongan terlanjur diakrabi bukan sebagai penyakit, namun sebagai rutinitas sehari-hari.



refrensi: 
Fatah, Eep Saefullah. (2004). Mencintai Indonesia dengan Amal, Refleksi atas Fase Awal Demokrasi. Jakarta:    Republika 

Mitologisasi & Demitologisasi (bagian 2)


Merujuk pada alam mitologis dan historis, boleh jadi anggapan orang Indonesia "orang baik selalu mati lebih awal" itu benar. Bukan karena hubungan sebab akibat,bukan karena orang itu baik maka cepat mati tapi lantaran orang yang cepat mati tidak sempat dikenali sosok historisnya secara luas dan dalam. Keburukan atau sosok historis orang orang yang mati muda tak sempat dikenali orang. Begitulah tokoh-tokoh yang mati muda akhirnya aman tertidur dalam banyak mitos. Tengok saja RA Kartni, Jendral Soedirman, atau tokoh intelektual aktivis angkata 66 Soe Hok Gie. Tokoh-tokoh itu terasa bersih antara lain karena "kurang historis". Selimut mitologisnya belum banyak tersingkap oleh waktu.

Pendeknya, setiap orang yang mengamankan diri dalam penjara mitologis memang cenderung mudah dipuja-puji sebagai orang besar. Namun ketika ia menjadi semakin historis maka semakin mengerdillah sosoknya.

Begitu halnya dengan Soekarno. Mereka yang sezaman dengan Soekarno dengan mudah bisa mengenai Soekarno dari dimensi historisnya. Bagi mereka Soekarno sebagai orang hebat yang memiliki jasa besar bagi Indonesia ia juga adalah Bapak Otoriterianisme. Bagi mereka Soekarno adalah sosok historis dengan puja dan celaannya. Dan Adnan Buyung Nasution perlu dicatata karena melalui disertasi doktornya mendokumentasikan dengan baik sosok historis Soekarno sebagai pemotong Demokrasi Konstitusional dan Pendiri Otoritarianisme bermerek Demokrasi terpimpin.

Namun di depan anak-anak bangsa yang baru lahir atau melek politik setelah zaman Soeharto lewat, Soekarno hanya bisa dikenali dari sosok mitologisnya. Inilah yang kemudian bisa menjelaskan mengapa anak-anak muda yang mengaku pro demokrasi secara ironis menggunakan kaos oblong bergambar Soekarno. Seolah-olah Soekarno adalah bapak Demokrasi. Soekarno kembali membesar setelah ia dipanggil pulang oleh Tuhan dan meninggalkan selimut mitos yang membungkusnya abadi.

Begitulah mitos bisa sangat berbahaya bagi kesehatan masyarakat. Mitos boleh jadi diperlukan misalnya untuk memanfaatkan kepahlawanan, mitologis sebagai energi pembangkit semangat kebangsaan. Namun sejatinya masyarakat yang sehat adalah yang bisa meminimalisir mitos sebagai instrumen rekayasa sosial. 


Minggu 11 juli 1999
"Mencintai Indonesia dengan Amal" Refleksi atas Fase Awal Demokrasi
Eep Saefullah Fatah

Mitologisasi & Demitologisasi (bagian 1)


Nelson Mandela adalah legenda hidup bagi rakyat Afrika Selatan. Ia pejuang anti apartheid yang sangat gigih sejak usia muda. Perjuangan itu kemudian membawanya ke penjara selama 27 tahun. Nelson mendekam di penjara rezim apartheid dengan perlakuan yang tidak manusiawi.

Penjara selain mewariskan sejumlah penyakit, membuat Mandela mengalami mitologisasi. Mandela terkurung jauh dari realitas. Ia tak bisa berbuat apa apa. Namun namanya semkin hari semakin membesar. Ketiadaan persentuhan Mandela dengan alam nyata justru membuat sosoknya semakin melambung. Mandela pun kemudian dipahami banyak orang bukan sebagai sosok historis tapi mitologis.


Media massa terutama media massa internasional yang terus menyoroti pemenjaraannya sebagai kasus antidemokrasi dan penginjak-injakan hak asasi justru makin menyuburkan mitologis ini. Alhasil Mandela lebih dikenali sebagai seorang lelaki pahlawan yang melebihi manusia biasa. Jiwa raganya hanya dipenuhi oleh semangat perlawanan politik apartheid, tak pernah mengeluh dan tahan uji dalam segala hal.

Mandela mengalami mitologisasi di mata orang banyak tak terkecuali isterinya Winnie Mandela, isterinya yang senantiasa "menemani" Mandela dari luar tembok penjara, di alam nyata. Winnie memahami Mandela persis sama seperti pemahaman orang pada umumnya, tidak dalam sosok historisnya melainkan sosok mitologisnya sebagai  sang lelaki pahlawan besar yang kehebatannya melewati batas-batas manusia biasa.

Ketika Mandela akhirnya keluar dari penjara, bertemulah Mandela dengan Winnie dengan bahaya sebuah mitos. Tak begitu lama setelah Mandela menghirup udara bebas di rumahnya dan Winnie tak lagi bersusah payah untuk bertemu Mandela seperti 27 tahun sebelumnya, sosok Mandela justru mengalami demitologisasi. Mandela semakin historis seperti manusia biasa. Mandela ternyata laki-laki yang sensitif, cepat marah, kerap kali memberantakan meja makan secara "tak bertanggung jawab". Winnie yang terlanjur memahami Mandela dengan sosok mitologisnya sebagai pahlawan besar mengalami keterkejutan dan shock yang luar biasa. Baju-baju mitologis yang menyelimuti Mandela perlahan tapi pasti tertinggalkan. Makin hari yang ditemuinya di rumah hanyalah sosok laki-laki biasa bukan pahlawan besar yang sesekali dibesuknya dipenjara. Hal inilah yang membawanya ke perceraian. Pasangan yang dipuja-puja seluruh dunia justru bercerai setelah tak lama Mandela keluar dari penjara.
Mandela dan Winnie bertemu dengan bahaya sebuah mitos, yakni keterkejutan dan lunturnya ikatan emosional setelas sosol mitos makin lama makin menjadi historis.

Pelajaran berharga dari Mandela adalah bahwa betapa nikmat memang hidup di alam mitologis. Namun celakanya, alam mitologis adalah alam yang amat sementara. Ketika ia berganti menjadi alam historis, maka kenikmatan itu ternyata hanyalah semacam gejala mabuk. Di situ tidak ada rasionalitas yang ada hanya emosi.
(lanjut )

Minggu 11 juli 1999
"Mencintai Indonesia dengan Amal" Refleksi atas Fase Awal Demokrasi
Eep Saefullah Fatah

Agama Keturunan


Sebenernya udah lama saya mau ngebahas soal ini, tapi baru sekarang punya waktu dan keinginan untuk menulis hehe. Oke kita mulai!

Agama dan keturuan.
apa yang kalian pahami soal agama kalian?
Sejak kapan kalian menganutnya?
Seberapa besar kepercayaan kalian dengan agama kalian?
Apa semua hal yang diajarkan oleh agama kalian itu sesuai dengan kata hati kalian?
Apabila orang tua kalian berasal dari agama yang berbeda dengan saat ini, apa mungkin kalian menganut agama yang saat ini kalian anut?

Pertanyaan ini muncul di dalam diri saya sekitar 1 tahun yang lalu, setelah saya membaca biografi Soekarno. Di dalam biografi tersebut dijelaskan bagaimana Soekarno mencari pemahaman soal ke-Tuhanan. Dia bertanya kepada petinggi-petinggi agama dan tidak mendapatkan jawaban yang sesuai dengan nurainya.

Lalu apa hubungannya dengan agama keturunan?
Sejak kapan kalian menganut agama kalian? Sejak lahir? Jika jawabannya iya, berarti 50% kalian sudah memenuhi kategori agama keturunan. Agama keturunan yaitu agama yang kalian anut berdasarkan kepercayaan yang orang tua kalian anut dan sifatnya turun menurun.
Kali ini "agama yang kalian anut" akan saya analogikan dengan "Agama Islam". Kenapa islam? Kenapa bukan agama lain? Sebenarnya mau dianalogilkan dengan agama apapun sama saja, tapi berhubung saya Islam jadi saya menganalogikannya dengan "agama Islam" agar lebih praktis saja.

Saya lahir dari orang tua yang beragama Islam dan dibesarkan dengan nilai-nilai ke-Islaman. Tapi apakah lahir dan tumbuh di dalam keluarga Islam sudah otomatis membuat kita menjadi penganut agama Islam secara batiniah?  Lalu apabila di tengan perjalanan hidup kita ada pandangan Islam yang tidak sesuai dengan kata hati kita yang membuat kita tidak nyaman dengan agama kita sendiri,  namun kita memutuskan untuk tetap menjalaninya dengan alasan "apabila pindah ke agama lain akan berdosa dan masuk neraka" apa itu cara yang terbaik? Atau meninggalkan agama islam dan menanggung konsekuensi berdosa dan masuk neraka?

Disini saya tidak membicarakan sebuah agama yang benar atau agama yang salah. Pemahaman saya tentang agama sangat sederhana, saya percaya agama adalah rahmat yang diturunkan Tuhan untuk membawa kedamaian. Saya percaya semua agama membawa ajaran-ajaran kebaikan, apabila ada suatu konsep agama yang tidak saya setujui pilihan saya hanya satu yaitu tidak menjalankan konsep itu namun tetap menganut agama itu dan menanggung konsekuensinya.  Kalau saya, saya tidak akan meninggalkan agama yang saya percayai sejak lahir hanya karna ketidak sepemahaman sebuah konsep, karena bagi saya semua agama sama "selalu membawa ajaran kebaikan".

Ada beberapa ajaran di agama Islam yang tidak saya sukai yaitu tentang poligami dan peran wanita. Saya tidak pernah sepaham dengan ajaran ini, karena yang menjelaskan kepada saya mengenai poligami dan peran wanita dalam Islam selalu laki-laki dan yang mereka jelaskan selalu membuat saya (sebagai perempuan) merasa ada di posisi yang lebih rendah dari laki laki, semacam perempuan tidak mendapat kesetaraan peranan di dalam islam. Saya tidak menyalahkan agama islam tentang ini, mungkin hanya  penafsiran dari beberapa petinggi agama yang tidak sesuai dengan nurani saya. Namun saya selalu yakin bahwa tuhan saya Maha Adil dan hal inilah yang saya jadikan penganggan hidup saya.

Saya meyakini  islam sebagai agama saya dan islam saya karena orang tua saya juga beragama islam (agama keturunan). Namun sepanjang saya jadi umat islam, saya bebas menentukan apa yang saya percayai selepas itu tidak menduakan Tuhan saya dan tidak menistakan ajarannya. Saya tidak tau yang saya yakini saat ini benar atau salah, yang jelas pemahaman saya tentang agama seperti ini membuat jiwa saya tenang dan itulah salah satu tujuan dari menganut sebuah kepercayaan.

KONGRES ANAK INDONESIA


"Kongres anak indonesia
Wadahkan kami berdaya
Kongres anak indonesia
Wujudkan hak dasar kami semua"

Itu sepenggal lirik jingle Kongres Anak Indonesia (KAI). Kalo liat liriknya udah tau dong tujuan acara KAI apa? ya tujuan acara KAI itu menampung suara anak anak untuk mewujudkan pemenuhan hak anak. KAI ini yang menyelenggarakan adalah Komnas Perlindungan Anak. Peserta yang ikut KAI adalah perwakilan anak anak tiap daerah, gue sih gatau pemilihan perwakilan tiap daerah yg lain gimana tapi khusus di DKI Jakarta yang mewakili adalah Forum Anak Jakarta (FORAJA).

Kegiatan selama KAI dihabiskan di dalam hotel, karna inti dari kegiatan ini adalah sidang dan pemilihan duta anak. Dan seperti biasa setiap acara nasional pasti ada acara pertunjukan budayanya ya.
Gue ikut KAI di XII tahun 2014 di banten, disana perwakilan tiap tiap daerah membawa masing masing masalah daerahnya yang nanti bakalan dijadiin materi buat sidang. Gue perwakilan jakarta berfokus di masalah "tontonan yang layak bagi anak" tentu tontonan yang bukan Cuma menghibur tapi juga mendidik. Ya lo tau sendiri acara tv indonesia sekarang kaya apa, dampaknya ke generasi muda juga besar banget kan.  Dan ternyata masalah anak anak di daerah lain banyak yang gak terduga, salah satunya yg paling gue inget adalah dari papua. Mereka meminta agar anak anak di Papua tidak dilibatkan dalam perang antar suku. Lah iya gak kebayang juga kalo anak anak ikut perang -_- tapi pas pembacaan ini bikin merinding loh, gak nyangka negara yg katanya udah merdeka tapi nyatanya masih dijajah oleh ego rakyatnya sendiri.
Balik lagi ke soal KAI.
Nah setelah pembacaan butir butir tuntutan anak itu, kita masuk ke sesi sidang. Nah kebetulan ketua dan sekretaris sidang waktu itu adalah temen temen gue di Parlemen Remaja namanya Satria dan Sasti. FYI gue ketemu banyak temen gue dari Parlemen Remaja disini, dan itu emang salah satu keuntungan ikut acara nasional yaitu banyak temen dimana mana.
Di sidang itu dibagi beberapa komisi, komisi pendidikan, kesehatan, perlindungan khusus dan jaringan. Nah gue masuk di komisi jaringan, jadi komisi jaringan itu berfokus untuk memecahkan masalah "bagaimana cara menghubungkan anak anak di seluruh indonesia". Terus jawabannya standard banget, ya lewat internet! Inti yang gue dapet sih gitu.
Setelah diskusi  tiap komisi, kita masuk ke sidang pleno untuk menentukan apa yang mau diajukan kita ke pemerintah. Hasil sidang waktu itu adalah meminta untuk pembentukan kementrian khusus untuk anak. /Sebenernya gue tau ini pasti gak bakal diwujudin/ haha
Setelah itu masuk ke sesi pemilihan duta anak, tiap komisi mengirimkan beberapa perwakilannya untuk mencalonkan diri menjadi duta anak berdasarkan komisinaya. Jadi nanti bakalan kepilih 4 pasang duta anak.
Sejujurnya gue gasuka konsep pemilihan duta ini, gue banyak ngeliat obsesi yang berlebihan dari peserta untuk menjadi duta. Dan beberapa duta pun ada yg dipilih secara subjektif. Walau beberapa dari mereka gue akui punya kinerja yg bagus.

Kesan gue ikut acara ini, keseruannya biasa sih soalnya acaranya kebanyakan formal. Terlalu banyak melihat orang yg berambisi. Positifnya, gue dapet banyak ilmu, dan sedikit tamparan yang nyadarin bahwa indonesia belum meng-Indonesia.
"indonesia belum meng-Indonesia" mungkin bakalan gue jelasin kapan kapan.
Sekian. 







FORUM ANAK NASIONAL (FAN)






Forum Anak Nasional adalah acara berkumpulnya Forum anak dari seluruh Indonesia. Pasti kalian yg baca postingan ini banyak yang belum tau forum anak tuh apa sih? Jadi forum anak adalah wadah partisipasi anak, disini kalian bebas berekspresi sebagai anak. Forum anak juga sebagai penghubung antara pikiran orang orang dewasa dan anak anak.
Forum Anak Nasional biasanya disingkat FAN, biar lebih praktis gue pake singkatannya aja ya hehe
Jadi gue ikut FAN 2014 yang kebetulan Jakarta tahun ini jadi tuan rumah, acara FAN ini yang menyelenggarakan adalah kementrian pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak serta pemda DKI Jakarta. Gue di FAN 2014 bukan sebagai peserta tapi jadi panitia. Bedanya FAN tahun tahun sebelumnya sama tahun 2014 salah satunya soal jumlah peserta. Tahun 2014 pesertanya 2 kali lipat sekitar 700an, ya lo bayangin aja betapa keteterannya panitia ngurusin orang segitu banyak.

FAN 2014 menurut gue sih kurang menarik soalnya gaada pagelaran budaya kaya tahun tahun sebelumnya, terus terlalu banyak mobilitasnya jadi sangat menguras tenaga.

Disini gue bakalan ngejelasin secara garis besar kegiatan selama FAN :
Peserta datang ke tempat penginapan lalu registrasi dan beristirahat sambil menunggu pembukaan, kebetulan FAN 2014 itu lokasinya di Taman Mini Indonesia Indah.
Terus setelah semua delegasi hadir acara dibuka oleh mentri pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, waktu itu yang buka FAN 2014 Ibu Linda Gumelar.
Terus hari hari berikutnya ada senam pagi, pemberian materi, kunjungan, sama yang paling ditunggu tunggu yaitu pertunjukan budaya dari masing masing daerah.
Acara FAN gitu doang?
Iya gitu doang.
Sebenernya FAN ini lebih ke acara silaturahmi sih menurut gue, silaturahmi antar Forum anak seluruh indonesia. Jadi keuntungan ikut FAN bukan di muatan acaranya tapi lebih ke berbagi pengalaman antar forum anak lainnya. Dan yg lo harus tau, anak anak di Forum Anak tiap daerah pasti diisi sama orang orang yg berprestasi di bidangnya masing masing jadi lo gaakan rugi ikut FAN. Salah satunya adalah Alm. Gayatri walisa, gadis muda yg menguasai 14 bahasa. Gayatri tergabung dalam Forum anak maluku. Dan tentu masih banyak yg lain.

Jadi itu beberapa hal yg gue rasain selama FAN 2014, gue sebenernya mau ngeshare foto tapi fotonya cuma muka muka panitia jadi males deh ckck
Ya sekian, kalo ada yang mau ditanya bisa liat contact gue di bio.

PARLEMEN REMAJA 2013


Jadi kali ini gue bakalan ngereview beberapa kegiatan yang pernah gue ikutin beberapa tahun belakangan ini. Nah salah satunya ini nih "Parlemen Remaja". Gue salah satu alumni parlemen remaja 2013 dan merupakan angkatan ke 9.

"Parlemen Remaja itu apa sih?"
Jadi parlemen remaja itu adalah kegiatan pembelajaran politik bagi remaja SMA dan sederajat, disana kita diberi materi tentang masalah politik Indonesia dan simulasi sidang DPR. Parlemen remaja merupakan kegiatan yang diselenggarakan oleh DPR dan bekerjasama dengan Universitas Indonesia.

"Kegiatan Parlemen Remaja ngapain aja?"
Seperti yang tadi gue bilang inti kegiatannya ini adalah pembelajaran politik bagi remaja. Belajar politik doang? Ngebosenin dong? Eits tunggu dulu, selain belajar politik masih ada kegiatan lainnya kok.
Kira kira rundown acaranya begini :
Hari pertama kita kumpul di balai sidang Universitas Indonesia untuk menunggu peserta peserta yang lain datang. FYI Parlemen Remaja ini kegiatan Nasional loh jadi kita bisa ketemu orang orang dari seluruh Indonesia!!!! Setelah itu kita berangkat ke Wisama DPR yang ada di daerah Bogor dan menginap di sana untuk beberapa hari. Sampai disana sekitar jam 10 malam lalu langsung pembukaan dan bembagian kamar. Kebetulan gue dapet temen sekamar 3 orang dan mereka semua itu orang Gorontalo.
Hari hari berikutnya pagi selalu ada kegiatan senam bersama, dan salah satu hal yg paling seru ada saat sesi perkenalan. Kita berkenalan lewat games, jadi kita dibentuk beberapa kelompok nah kelompok kelompok ini harus bersaing. Setalah itu sarapan lalu mulai pemberian materi. Yang ngasih materi siapa?Wah tentu kalo ini pasti orang orang yang gak asing lagi di dunia politik. Ada Bapak Achmad Djuned, sekjen DPR,  Dedi S. Gumelar, Roy Suryo dll.
Menjelang hari akhir kita dibekali materi mengenai sidang DPR dan kita diizinkan untuk melakukan simulasi sidang di gedung DPR!!!!! Kapan lagi anak sekolahan biasa bisa duduk di bangku wakil rakyat hahaa
Disana kita dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok legislasi dan pengawasan untuk rapat perbagian. Lalu setelah itu kita berkumpul di ruang paripurna untuk bersama sama  melakukan simulasi sidang paripurna. Keesokannya kita wisata di Taman Mini Indonesia indah dan sekalian perpisahan. Ini nih saat saat paling sedih, kurang lebih 1 minggu bareng dari makan, tidur, diskusi sampai debat eh akhirnya harus pisah. Apalagi kalo inget moment nyanyi Indonesia Raya, bayangin aja kita nyanyi Indonesia raya bareng anak anak seluruh indonesia itu sungguh ngebuat hati bergetar.

Ya secara garis besar kegiatan parlemen remaja gitu, tapi selain hal yg gue jelasin di atas masih banyak lagi hal yg sangat berkesan buat gue.
Buat kalian yang masih duduk di bangku SMA yuk ikutan Parlemen Remaja, pasti bakalan banyak banget pengalaman yang kalian dapet disini. Untuk informasi lebih lanjut kalian bisa liat twitter @parlemenremajaa