Bebrapa hari lalu
terjadi penggusuran di Rawajati, di depan apartemen Kalibata atau tepatnya di
pinggir rel kereta api. Seperti biasa, saat menjelang penggusuran terjadi aksi
heroid dari para warga. Seperti gambar seorang ibu yang menghadang puluhan-ratusan
satpol pp. Ia membentangkan tanggannya sambil memengang tongkat kayu yang
diikatkan bendera merah putih. Foto itu menjadi viral di dunia maya. foto itu
menggundang banyak komentar,yang rata-rata berisi kemarahan dan kekecewaan atas
penggusuran tersebut.
Penggusuran Rawajati
itu menggingatkan saya dengan penggusuran di sekitar stasiun Tanah Abang
beberapa bulan yang lalu. Semenjak kuliah di IISIP Jakarta saya naik KRL hampir
setiap hari. Sepanjang Stasiun Palmerah
menuju Stasiun Tanah Abang, ada sebuah pemandangan yang selalu mencuri
perhatian saya. Sepanjang rel terdapat banyak rumah-rumah semi permanen (kasarnya, bangunan kumuh). Yang mencuri
perhatian saya adalah banyaknya bendera merah putih yang mereka kibarkan di
sepanjang rel itu. Padahal saat itu masih jauh dari peringatan 17 Agustus,
bahkan tidak ada momentum spesial apa-apa.
Apakah
itu bukti kecintaan mereka dengan negaranya?
Negara
yang tidak menyediakan rumah yang layak bagi mereka?
Pemandangan yang
tidak biasa. Pemandangan itu membuat saya terharu. Membuat saya berpikir
"iya, bangsa ini tidak pernah bersalah". Membuat pertanyaan pamrih
"apa yang negara berikan untuk saya", hilang dengan sekejapnya.
Pemandangan itu
pun sekarang sudah hilang akibat
penggusuran. Tidak ada lagi merah putih yang berkibar sepanjang rel itu. Saya kehilangan sesuatu yang
"magis" di sepanjang rel itu. Semua kini terlihat rapi dan bersih.
Semua saat ini terlihat biasa.
Sekian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar