Minggu, 04 September 2016

Digusurnya merah putih


Bebrapa hari lalu terjadi penggusuran di Rawajati, di depan apartemen Kalibata atau tepatnya di pinggir rel kereta api. Seperti biasa, saat menjelang penggusuran terjadi aksi heroid dari para warga. Seperti gambar seorang ibu yang menghadang puluhan-ratusan satpol pp. Ia membentangkan tanggannya sambil memengang tongkat kayu yang diikatkan bendera merah putih. Foto itu menjadi viral di dunia maya. foto itu menggundang banyak komentar,yang rata-rata berisi kemarahan dan kekecewaan atas penggusuran tersebut.

Penggusuran Rawajati itu menggingatkan saya dengan penggusuran di sekitar stasiun Tanah Abang beberapa bulan yang lalu. Semenjak kuliah di IISIP Jakarta saya naik KRL hampir setiap hari.  Sepanjang Stasiun Palmerah menuju Stasiun Tanah Abang, ada sebuah pemandangan yang selalu mencuri perhatian saya. Sepanjang rel terdapat banyak rumah-rumah semi permanen  (kasarnya, bangunan kumuh). Yang mencuri perhatian saya adalah banyaknya bendera merah putih yang mereka kibarkan di sepanjang rel itu. Padahal saat itu masih jauh dari peringatan 17 Agustus, bahkan tidak ada momentum spesial apa-apa.

Apakah itu bukti kecintaan mereka dengan negaranya?
Negara yang tidak menyediakan rumah yang layak bagi mereka?

Pemandangan yang tidak biasa. Pemandangan itu membuat saya terharu. Membuat saya berpikir "iya, bangsa ini tidak pernah bersalah". Membuat pertanyaan pamrih "apa yang negara berikan untuk saya", hilang dengan sekejapnya.

Pemandangan itu pun  sekarang sudah hilang akibat penggusuran. Tidak ada lagi merah putih yang berkibar sepanjang rel itu.  Saya kehilangan sesuatu yang "magis" di sepanjang rel itu. Semua kini terlihat rapi dan bersih. Semua saat ini terlihat biasa.
Sekian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar