Beberapa hari lalu
hujan deras mengguyur ibu kota, bahkan sampai merubuhkan sebuah jembatan di
Pasar Minggu.Karena hujan yang tak kunjung reda, saya terjebak di Stasiun
Palmerah selama kurang lebih satu jam.
Saat saya duduk
sambil memandangi hujan, datang seorang wanita menghampiri saya. Kami tidak
berkenalan nama, yang saya tahu dia berusia 42 tahun dan bekerja di bagian
marketing. Obrolan kami diawali dengan basa basi seputar hujan dan jembatan
yang rubuh, lalu merembet tentang kisah cinta. Iya, kisah cinta!
Tulisan kali ini
akan membahas tentang cinta. Bukan cinta sederhana ala ABG tentunya. Bukan
cinta sesederhana "aku cinta kamu & kamu cinta aku". Tapi kisah
cinta yang penuh dengan............... (sepertinya saya agak kesulitan mencari
kata-kata yang sesuai).
Wanita itu berusia
42 tahun, belum menikah karena terlalu asik dengan pekerjaannya.
"42
tahun?"
"Belum
nikah?"
Saya tegaskan sekali
lagi, Iya! Belum menikah!
Mungkin sebagian
orang akan menganggap dia perawan tua. Tapi Jakarta kota besar, tidak ada usia
yang terlalu tua untuk sebuah pernikahan, saya rasa begitu.
Dia pernah menjalin
hubungan beberapa kali, namun gagal. Didua hubungan yang terakhir ini dia
selalu mendapat pasangan yang kasar (bahasa halusnya: galak), dan hal itu membuat dia ketakutan untuk
melangkah ke jenjang pernikahan. Ketakutannya untuk menikah sebenarnya bukan
semata-mata karena takut memilih pasangan yang tidak sesuai, namun juga karena
cerita dari teman-temannya yang gagal dalam mempertahankan rumah tangga.
"teman-teman
saya banyak loh mbak yang sudah menikah namun masih punya pacar",
tuturnya.
"oh ya? Yang
seperti itu laki-laki?", tanya saya
"nggak,
perempuan juga sama saja"
Saya kahabisan
kata-kata, saya bingung. Ini hal yang baru bagi saya, diusia yang baru 19 tahun
sebuah pernikahan rasanya masih teramat sangat jauh, apalagi membayangkan
perselingkuhan dalam hubungan itu.
Saya bertanya,
"kok bisa begitu ya, penyebabnya apa?"
"biasanya karna
masalah seksual", jawabnya
"teman-teman
saya bercerita, katanya setelah menjalin hubungan intim bertahun-tahun,
hubungan itu terasa hambar dan tidak berkesan seperti diawal dulu. Itu yang
memicu perselingkuhan. Kalo ditanya apakah masih ada perasaan cinta? Jawabannya
tentu masih, atau bahkan masih sangat cinta. Tapi cinta tanpa hubungan seksual
apakah mungkin? Mereka berselingkuh bukan karena tidak mencintai pasangannya,
tapi karena kebutuhan seksualnya tidak dapat terpenuhi/terpuaskan"
tambahnya.
Saya membaca sebuah
artikel pagi ini, di dalamnya terdapat sebuah kalimat, "berhubungan
seksual bagi orang dewasa sama seperti seorang bayi yang membutuhkan
susu". Sepertinya kalimat itu ada hubungannya dengan obrolan saya dengan
wanita itu.
Karena obrolan ini
saya jadi ingin bertanya kepada banyak laki-laki,
Begini pertanyaannya
:
saat hubungan
seksualmu dengan pasanganmu mulai hambar, apa yang akan kamu lakukan?
a. "Jajan"
b. Berselingkuh dan
tetap mempertahankan rumah tangga
c. Bercerai dan segera
mencari pasangan baru
Mengapa saya tidak
ingin menannyakan hal ini kepada perempuan? Jawabannya, karena perempuan
terlalu naif untuk menjawab masalah seksualitas.
Sekian.
Note:
- Percakapan ini kisah nyata, bukan karangan saya.
- Sebenarnya percakapan ini masih panjang dan ada beberapa faktor lain juga, seperti masalah ekonomi dan jabatan wanita dalam pekerjaan yang memicu perselisihan antara hubungan laki-laki dan perempuan. Tapi saya hanya ingin memfokuskan di faktor ini karena cukup menarik menurut saya.
- Sampai akhir tulisan
ini selesai saya masih berpikir akan memposting di blog ini atau tidak. Saya
pikir ini tulisan yang agak vulgar. Tapi akhirnya saya putuskan untuk tetap
memostingnya!
sumber gambar: google.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar