Selasa, 27 September 2016

Cinta dan Seksualitas

Beberapa hari lalu hujan deras mengguyur ibu kota, bahkan sampai merubuhkan sebuah jembatan di Pasar Minggu.Karena hujan yang tak kunjung reda, saya terjebak di Stasiun Palmerah selama kurang lebih satu jam.

Saat saya duduk sambil memandangi hujan, datang seorang wanita menghampiri saya. Kami tidak berkenalan nama, yang saya tahu dia berusia 42 tahun dan bekerja di bagian marketing. Obrolan kami diawali dengan basa basi seputar hujan dan jembatan yang rubuh, lalu merembet tentang kisah cinta. Iya, kisah cinta!

Tulisan kali ini akan membahas tentang cinta. Bukan cinta sederhana ala ABG tentunya. Bukan cinta sesederhana "aku cinta kamu & kamu cinta aku". Tapi kisah cinta yang penuh dengan............... (sepertinya saya agak kesulitan mencari kata-kata yang sesuai).

Wanita itu berusia 42 tahun, belum menikah karena terlalu asik dengan pekerjaannya.
"42 tahun?"
"Belum nikah?"
Saya tegaskan sekali lagi, Iya! Belum menikah!

Mungkin sebagian orang akan menganggap dia perawan tua. Tapi Jakarta kota besar, tidak ada usia yang terlalu tua untuk sebuah pernikahan, saya rasa begitu.

Dia pernah menjalin hubungan beberapa kali, namun gagal. Didua hubungan yang terakhir ini dia selalu mendapat pasangan yang kasar (bahasa halusnya: galak),  dan hal itu membuat dia ketakutan untuk melangkah ke jenjang pernikahan. Ketakutannya untuk menikah sebenarnya bukan semata-mata karena takut memilih pasangan yang tidak sesuai, namun juga karena cerita dari teman-temannya yang gagal dalam mempertahankan rumah tangga.

"teman-teman saya banyak loh mbak yang sudah menikah namun masih punya pacar", tuturnya.
"oh ya? Yang seperti itu laki-laki?", tanya saya
"nggak, perempuan juga sama saja"

Saya kahabisan kata-kata, saya bingung. Ini hal yang baru bagi saya, diusia yang baru 19 tahun sebuah pernikahan rasanya masih teramat sangat jauh, apalagi membayangkan perselingkuhan dalam hubungan itu.

Saya bertanya, "kok bisa begitu ya, penyebabnya apa?"
"biasanya karna masalah seksual", jawabnya

"teman-teman saya bercerita, katanya setelah menjalin hubungan intim bertahun-tahun, hubungan itu terasa hambar dan tidak berkesan seperti diawal dulu. Itu yang memicu perselingkuhan. Kalo ditanya apakah masih ada perasaan cinta? Jawabannya tentu masih, atau bahkan masih sangat cinta. Tapi cinta tanpa hubungan seksual apakah mungkin? Mereka berselingkuh bukan karena tidak mencintai pasangannya, tapi karena kebutuhan seksualnya tidak dapat terpenuhi/terpuaskan" tambahnya.

Saya membaca sebuah artikel pagi ini, di dalamnya terdapat sebuah kalimat, "berhubungan seksual bagi orang dewasa sama seperti seorang bayi yang membutuhkan susu". Sepertinya kalimat itu ada hubungannya dengan obrolan saya dengan wanita itu.

Karena obrolan ini saya jadi ingin bertanya kepada banyak laki-laki,
Begini pertanyaannya :
saat hubungan seksualmu dengan pasanganmu mulai hambar, apa yang akan kamu lakukan?
a. "Jajan"
b. Berselingkuh dan tetap mempertahankan rumah tangga
c. Bercerai dan segera mencari pasangan baru

Mengapa saya tidak ingin menannyakan hal ini kepada perempuan? Jawabannya, karena perempuan terlalu naif untuk menjawab masalah seksualitas.
Sekian.


Note:

  • Percakapan ini kisah nyata, bukan karangan saya.
  • Sebenarnya percakapan ini masih panjang dan ada beberapa faktor lain juga, seperti masalah ekonomi dan jabatan wanita dalam pekerjaan yang memicu perselisihan antara hubungan laki-laki dan perempuan. Tapi saya hanya ingin memfokuskan di faktor ini karena cukup menarik menurut saya.
  • Sampai akhir tulisan ini selesai saya masih berpikir akan memposting di blog ini atau tidak. Saya pikir ini tulisan yang agak vulgar. Tapi akhirnya saya putuskan untuk tetap memostingnya!


    sumber gambar: google.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar