Di hari yang minggu
Bintang masih saja
indah untuk dinikmati. Seperti kau Tan.
Selamat malam Intan
Bagaimana kabarmu?
Apa kau masih
menjadi buruh cuci di rumah tetangga itu?
Sudahlah kau
berhenti saja biar aku yang mencari uang
Kau urus saja Karmi
dan Suci. Jika bukan untukmu, Karmi dan Suci aku tak sudi kemari
Lebih baik aku
ngangon sapi di Purwodadi.
Bagaimana keadaan
Karmi dan Suci?
Masihkah Suci
merengek minta dibelikan seperti roda seperti di televisi itu?
Bilang padanya,
Bapak sudah membelikan. Lebaran tahun depan akan Bapak bawakan.
Bagaimana dengan
Karmi?
Apa Pak Tedjo jadi
menjodohkan anaknya dengan karmi setelah ia lulus SMA nanti?
Sejujurnya aku ndak
ingin Karmi buru-buru menikah. Aku ingin Karmi Kuliah di Universitas di Jogja
itu. Apa namanya? Aku ndak ingat.
Kata orang itu
sekolah bagus. Lulusannya bisa jadi presiden seperti Pak Jokowi.
Rasanya bangga
sekali jika Karmi bisa sekolah disana.
Tapi aku ndak
sanggup membiayai.
Karmi sebaiknya kau
suruh cari pekerjaan saja. Apa saja.
Asal jangan jangan
buruh cuci.
Kau tak usah
mengkhawatirkanku. Aku disini baik.
Sebulan yang lalu
aku dipecat dari bengkel.
Sekarang aku sudah
dapat pekerjaan lagi. Walau tetap dibengkel.
Bosku Haji Jali
orangnya baik.
aku sering diberi bonus.
aku sering diberi bonus.
Haji Jali bilang
kerjaku bagus.
Uang bonus itu aku
belikan sepatu roda untuk Suci.
Sebagian lagi aku
belikan peralatan sekolah dan aku tabung.
Intan
Kau tahu tidak
baju-bajuku sekarang rasanya tidak enak dipakai. Aku sering gatal-gatal.
Sepertinya bajuku
tak sebersih jika tanganmu yang mencuci.
Mungkin itu sebabnya
mengapa laki-laki butuh istri.
Intan
Aku rindu seduhan
teh manis buatanmu
Teh warteg
langgananku rasanya tidak enak
Tidak ada
manis-manisnya. Sepertinya tehku hanya diberi sedikit gula.
Sebab aku sering
ngutang dan lama bayar.
Intan
Aku akan pulang
lebaran tahun depan
Akan kubawakan
nastar kesukaanmu itu.
Doakan saja rezekiku
lancar
Tenang saja. Aku
disini masih sering menabung uang dan mimpi.
Salam,
Suamimu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar