Sabtu, 30 Juli 2016

Paradigma Fikih

Ini adalah tulisan dari Agus Purwanto D.Sc seorang Fisikawan teoritik, pencinta dan pengkaji Al-Quran dalam sebuah pengantar "Al-Alim Al Quran dan Terjemahannya Edisi Ilmu Pengetahun". Ini hanya sebagian kecil dari seluruh tulisannya di dalam pengantar, tapi saya rasa ini dapat menggambarkan keadaan umat muslim saat ini dari segi intelektualitas yang dimiliki. Saya menuliskan ulang karna saya rasa tulisan ini cukup menarik dan bagus untuk introspeksi diri sebagai umat islam.

Kejayaan umat islam sekarang tinggal kenangan karena negri-negri muslim umumnya masih terbelakang, bodoh, dan miskin. Akhir abad 14 Hijriah, dunia islam sempat mengaungkan abad 15 hijriah sebagai abad kebangkitan muslim. Gaung kebangkitan ini terus terdengar sampai hampir dua dasawarsa awal abad ke 15. Di kota-kota besar di Indonesia diselenggarakan berbagai kegiatan seperti festival seni muslim. Kisah kehebatan para sarjana muslim generasi awal juga mendominasi panggung cerita untuk menumbuhkan motivasi umat. Tetapi sayang cerita-cerita kehebatan para ilmuan muslim masa lalu tersebut seperti tidak berdampak sedikitpun dan seolah menjadi cerita pengantar tidur, bahkan sampai saat ini. Artinya umat islam tetap tertidur dan terbelakang setelah berulang-ulang mendengar cerita tersebut. Alih-alih umat berubah sikap dan melangkah maju, yang terjadi malah kecenderungan sebaliknya. Kisah dan tayang irasional serta mengingkari akal sehat di media cetak dan elektronik justru digadrungi masyarakat.

Diskusi dan seminar yang membahas masalah keterbelakangan umat islam pun telah banyak dilakukan. Bila dicermati dengan saksama, tema, isi dan kesimpulan seminar atau konferensi seolah-olah membenarkan pernyataan yang bernada menggugat dari Syaikh Jauhari Thanthawi, guru besar Universitas Kairo. Di dalam tafsirnya "Al-Jawahir", Syaikh Thanthawi menuliskan bahwa di dalam kitab suci Al-Quran terdapat lebih dari 750 ayat kuniyah, ayat tentang alam semesta, dan hanya sekitar 150 ayat fiqih. Anehnya para ulama terus menulis ribuan kitab fiqih, tetapi nyaris tidak memperhatikan serta menulis kitab tentang alam raya dan isinya.

Umat dan para ulama banyak menghabiskan waktu, pikiran, tenaga, dan dana untuk membahas persoalan fiqih, dan sering berseteru serta bertengkar karenanya. Mereka lalai atas fenomena terbitnya matahari, beredarnya bulan, dan kelap-kelipnya bintang. Mereka abaikan gerak awan di langit, kilat yang menyambar, listrik yang membakar, malam yang gelap gulita, dan mutiara yang gemerlap. Mereka juga tak tertarik pada aneka tumbuhan di sekitarnya, binatang ternak maupun binatang buas yang bertebaran di muka bumi, dan aneka fenomena serta kejadian alam lainnya.

Selain disibukkan dengan urusan fiqih, pengalaman dan pengamalan keagamaan kita memang cenderung esoteris dan mengabaikan serta meremehkan akal. Padahal secara empirik akal sangat powerful. Al-Quran sendiri tidak kurang dari 43 kali menggunakan kata akal dalam bentuk verbal seperti
afalā ta’qilūn, "apakah engkau tak berpikir". Sepuluh ayat lainnya menggunakan kata verbal pikir, seperti
la’allakum tafakkarūn, "agar engkau memikirkannya". Teguran agar manusia menggunakan akalnya seoptimal mungkin.
 
Kelalaian dan pengabaian pada sains di dunia islam terjadi secara luas dan meliputi semua lapisan umat termasuk juga para elitnya. Syair-syair dan maknannya semisal al-fiqhu anfusu syai'in ("Fiqih adalah segala-galannya atau fiqih adlah ilmu yang paling berharga");  iżā mā tazza żu ‘ilmin bi fa ‘ilmul fiqhi aula bi’tizāzin ("bila orang berilmu mulia lantaran ilmunya, maka ilmu fiqih membuatnya lebih mulia"), masih sangat dominan di masyarakat kita.

Meski hanya berjumlah seperlima dari ayat kauniyah, ayat hukum telah menyedot hampir semua energi ulama dan umat islam. Sebaliknya, ayat-ayat kauniyah meskipun berjumlah sangat banyak tetapi terabaikan. Sains sebagai perwujudan normatif dari ayat-ayat kauniyah seolah-olah tidak terkait dan tidak mengantar orang islam ke surga atau neraka sehingga tidak pernah dibahas, baik di wilayah keilmuan maupun pengajian-pengajian.


Jumat, 22 Juli 2016

Aurat dan Kehormatan Perempuan


Belakangan ini berkembang pesat trend fashion hijab bagi para wanita muslim di Indonesia. Berbodong-bondong wanita muslim menggunakan hijab dengan alasan "kewajiban". Bagi perempuan yang belum berhijab pasti sering sekali mendapat pertanyaan "kapan berhijab? Kewajiban loh!" dan ini pertanyaan yang sulit dijawab termasuk bagi saya.

Berbicara tentang hijab yang katanya adalah "kewajiban",  pasti tidak jauh hubungannya dengan aurat. Ya, hijab adalah semacam aturan untuk menutup aurat bagi perempuan. Saya bukan orang yang ahli tentang ilmu agama, tapi sejak dulu guru agama saya selalu mengatakan bahwa "aurat perempuan adalah seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan".

Tapi sampai saat ini saya tidak tahu apa tujuan utama dari seorang wanita muslim diwajibkan menggunakan hijab atau jilbab.

Apa mungkin alasan utamanya berkalitan dengan berahi (birahi)  laki-laki?
Apa mungkin ada anggapan bahwa dengan menggunakan pakaian tertutup tidak akan memancing hawa nafsu dari lawan jenis?
Atau justru alasan keamanan bagi wanita itu sendiri?

Tidak bisa dipungkiri bahwa memang bagian tubuh wanita adalah hal yang menarik untuk kaum pria. Namun apakah dengan berhijab wanita itu dapat menghindari atau menekan hasrat seksual dari seorang laki-laki?

Jika ada kasus pemerkosaan pasti akan selalu ada perdebatan tentang siapa yang sebenarnya salah. Apakan perempuan yang berpakaian terbuka ataukah laki-laki yang tidak mampu menahan hawa nafsunya. Dan dalam perdebatan ini sepertinya tidak pernah ada titik temu.

"Wanita diwajibkan menutup auratnya, yang boleh terlihat hanyalah wajah dan telapak tangan"
Apakah aurat wanita sebatas itu saja?

Jika tujuan wanita diwajibkan menutup aurat adalah untuk menekan hawa nafsu laki-laki, bukankah tatapan mata dan suara wanita juga mampu memicu hawa nafsu?

Banyak penelitan yang mengatakan bahwa tatapan mata seorang wanita merupakan hal yang tak kalah menarik jika dibandingkan dengan lekuk tubuh yang lainnya. Buktinya? Anda bisa lihat model majalah dewasa dan lihat bagaimana tatapan matanya.  Suara wanita? Iya. Buktinya? Video porno tidak akan menarik tanpa ada suara desahan dari wanita. Benar atau tidak?

Apa iya alasan wanita diwajibkan berhijab hanya untuk menghindari hawa nafsu? Saya rasa tidak atau setidaknya tidak sesederhana itu.

Inilah yang membuat saya  sampai sekarang bingung, "mengapa wanita muslim diwajibkan berhijab?"
Mungkin itu juga yang menjadi alasan saya mengapa saya belum berhijab sampai sekarang. Saya tidak suka menjalankan sebuah perintah Tuhan dengan embel-embel kewajiban, alasan ibadah saya ya karna Tuhan dan hanya untuk Tuhan. Saya yakin semua perintah Tuhan pasti ada tujuannya, dan saya belum menemukan tujuan dari berhijab.

Menurut saya hijab bukan sekedar menutup aurat, dari ujung kepala sampai ujung kaki. Tapi lebih dari itu, bagaimana seorang wanita bersikap, bertutur kata dan bagaimana wanita itu menjaga kehormatan dirinya sendiri dan keluarganya. Walau sebagian wanita (terutama akun islami di line) mengatakan bahwa hijab dan akhlak adalah dua hal yang berbeda, "yang penting berhijab dulu karna itu wajib, kalau akhlak itu tergantung diri masing-masing". Tapi saya bukan penganut kepercayaan itu.

Berkaca dari seorang Najwa Shihab anak ahli tafsir dari tokoh besar Quraish Shihab. Dia tidak berhijab tapi saya rasa semua laki-laki menaruh hormat kepada beliau karena dia tau bagaimana caranya menjaga kehormatan dirinya pribadi dan keluargannya. Bahkan dia disegani tak kalah dengan seorang laki-laki.

Tapi kenyataannya sekarangkan sebagian besar wanita berbondong-bongdong berhijab mengikuti trend yang ada namun ndak paham caraya "menjaga kehormatan" yang sebenarnya.  "hijab kan bukan berarti membatasi diri" iya betul, tapi dengan atau tanpa hijab pun wanita tetap mimiliki batasan-batasan tersendiri dalam hidupnya.

"Loh kalau begitu gak ada kesetaraan gender dong?"
"Apa wanita tidak diberi kebebasan seperti laki-laki?"
Saya rasa kesetaraan gender dan kebebasan bukan alasan untuk mengabaikan kodrat yang sudah digariskan Tuhan. Bukankan semua sudah ada porsinya masing-masing? Dan saya yakin Tuhan itu Maha pencipta keseimbangan.

Berhijab bukan sebuah kacamata untuk melihat wanita mana yang bertakwa kepada Tuhan. Ketakwaan terhadap Tuhan kan urusan masing-masing orang dengan Tuhannya, bukan atas dasar penilaian orang lain. Berhentilah menilai perempuan dengan apa yang dia gunakan. Semua perempuan baik apabila dia mengerti dan mampu menjaga kehormatannya bukan sekedar menggunakan penutup kepala.

Barang kali ada yang tahu tujuan dari seorang wanita muslim diwajibkan berhijab itu untuk apa silahkan comment. Atau bagi wanita yang mau menyanggah dan menanggapi pun silahkan.
Tulisan ini hanya opini dari orang awan bukan seorang ahli agama.
Sekian.

Selasa, 19 Juli 2016

Surat buat Intan (2)


Disini aku masih selalu memikirkan kau, Karmi dan Suci.
Aku ingin buru-buru bertemu denganmu. Rinduku menggunung dari waktu-kewaktu.

Aku seperti bujangan tak beranak-istri .
Aku sunggu tidak suka mencuci baju. Seperinya ini menjadi masalah terbesarku di sini.
Aku juga bosan dengan makanan warteg. Tak seenak masakan buatanmu.

Kemarin aku dengar di radio. Pak mentri menginstruksikan untuk mengantar anak di hari pertama sekolahnya.
Rasanya aku ingin sekali mengantar Suci.
Anakku yang satu ini pasti senang sekali jika diantar bapaknya.
Berbeda dengan Karmi. Karmi pasti malu jika aku antar.
Bapak teman-temannya itu juragan tanah, juragan sapi, pokonya kelas juragan lah.
Sedangkan aku hanya tukang bengkel.

Bulan ini gajiku dinaikan oleh bos ku
Tidak banyak hanya 200 ribu
Kau tahu Tan, temanku yang bekerja menjadi tukang sampah di pemerintahan gajinya naik dari 2,7 juta menjadi 3,1 juta.
Apa sebaiknya aku jadi tukang sampah saja ya?
Menurutmu bagaimana?

Gajiku hanya 2 juta di bengkel. Aku takut tak cukup untuk menjamin masa depan Suci nanti.
Aku masih ingin anakku sekolah di universitas yang di Jogja itu.
Siapa tahu nanti Suci jadi presiden.
Atau setidaknya mentri.
Pokoknya apa saja yang penting bisa membanggakan ibu dan bapaknya ini.


Intan,
Aku lega sekali mendengar Pak Tedjo tidak jadi menjodohkan anaknya dengan Karmi.
Apa Karmi sudah mendapatkan pekerjaan? Aku yakin pasti belum.
Ah aku tahu sekali betapa sulitnya mencari pekerjaan disana.
Oleh sebab itu aku pilih cari pekerjaan disini.

Disamping bengkelku ada minimarket baru. Ada lowongan pekerjaan sebagai kasir. Gajinya juga lumayan. Bermodal ijazah SMA sudah cukup katanya.
Sebaiknya Karmi kau suruh kesini saja.
Itung-itung dia kan bisa mencucikan bajuku.

Jika Karmi tidak mau bekerja di minimarket samping bengkelku karna malu dengan pekerjaan Bapaknya ini, nanti aku carikan minimarket yang lain.
Disini banyak sekali minimarket. Hampir setiap belokan ada.
Jadi Karmi tak perlu khawatir.


Intan,
Bagaimana kabarmu?
Masih sering melamunkan aku?
Terkadang aku teringat masa-masa kita pacaran dulu.
Sungguh ternyata lebih indah menikahimu daripada memacarimu.

Sepanjang kita pacaran dulu aku tak pernah mendengar kau bilang sayang kepadaku.
Setelah menikah pun tetap saja sama.
Tetapi setelahaku pindah  ke sini aku baru sadar. Ternayata sayangmu terasa di setiap baju-baju yang nyaman untuk ku gunakan.
Aku seperti kehilangan itu sekarang.
Aku rindu dicucikan baju olehmu Intan.

Aku segera pulang.
Tunggu sebentar.


Salam
Suamimu.



Surat buat Intan (1)


Di hari yang minggu
Bintang masih saja indah untuk dinikmati. Seperti kau Tan.

Selamat malam Intan
Bagaimana kabarmu?
Apa kau masih menjadi buruh cuci di rumah tetangga itu?
Sudahlah kau berhenti saja biar aku yang mencari uang
Kau urus saja Karmi dan Suci. Jika bukan untukmu, Karmi dan Suci aku tak sudi kemari
Lebih baik aku ngangon sapi di Purwodadi.

Bagaimana keadaan Karmi dan Suci?
Masihkah Suci merengek minta dibelikan seperti roda seperti di televisi itu?
Bilang padanya, Bapak sudah membelikan. Lebaran tahun depan akan Bapak bawakan.

Bagaimana dengan Karmi?
Apa Pak Tedjo jadi menjodohkan anaknya dengan karmi setelah ia lulus SMA nanti?
Sejujurnya aku ndak ingin Karmi buru-buru menikah. Aku ingin Karmi Kuliah di Universitas di Jogja itu. Apa namanya? Aku ndak ingat.
Kata orang itu sekolah bagus. Lulusannya bisa jadi presiden seperti Pak Jokowi.
Rasanya bangga sekali jika Karmi bisa sekolah disana.
Tapi aku ndak sanggup membiayai.

Karmi sebaiknya kau suruh cari pekerjaan saja. Apa saja.
Asal jangan jangan buruh cuci.

Kau tak usah mengkhawatirkanku. Aku disini baik.
Sebulan yang lalu aku dipecat dari bengkel.
Sekarang aku sudah dapat pekerjaan lagi. Walau tetap dibengkel.

Bosku Haji Jali orangnya baik.
aku sering diberi bonus.
Haji Jali bilang kerjaku bagus.
Uang bonus itu aku belikan sepatu roda untuk Suci.
Sebagian lagi aku belikan peralatan sekolah dan aku tabung.

Intan
Kau tahu tidak baju-bajuku sekarang rasanya tidak enak dipakai. Aku sering gatal-gatal.
Sepertinya bajuku tak sebersih jika tanganmu yang mencuci.
Mungkin itu sebabnya mengapa laki-laki butuh istri.

Intan
Aku rindu seduhan teh manis buatanmu
Teh warteg langgananku rasanya tidak enak
Tidak ada manis-manisnya. Sepertinya tehku hanya diberi sedikit gula.
Sebab aku sering ngutang dan lama bayar.

Intan
Aku akan pulang lebaran tahun depan
Akan kubawakan nastar kesukaanmu itu.
Doakan saja rezekiku lancar
Tenang saja. Aku disini masih sering menabung uang dan mimpi.


Salam,
Suamimu.